Beranda | Artikel
Pandangan Syekh Ibnu Baz dalam Masalah Akidah dan Tauhid (Bag. 3)
Minggu, 3 Juli 2022

Baca pembahasan sebelumnya Pandangan Syekh Ibnu Baz dalam Masalah Akidah dan Tauhid (Bag. 2)

Bentuk-bentuk kalung jimat

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Kalung jimat itu ada 2 model:

Pertama, kalung dari tulang atau yang lainnya. Ini tak ada perbedaan pendapat tentang haramnya.

Kedua, kalung yang dibuat dari tulisan Al-Qur’an. Ini ada perbedaan pendapat tentangnya. Yang lebih tepat adalah bahwa bentuk jimat seperti ini juga terlarang. Wallahu a’lam.”

Koreksi nama periwayat

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah perkataan penulis kitab Fathul Majid, “Waki’, yaitu Waki’ bin Al-Jarrah bin Waki’ Al-Kufi.”

Beliau berkata, “Yang tepat bin Mulih, bukan bin Waki.’’

Menyembelih untuk selain Allah

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz perkataan penulis kitab Fathul Majid, “Bab Penjelasan Tentang Menyembelih untuk Selain Allah karena Takut dan Perbuatan Tersebut Termasuk Syirik kepada Allah.”

Beliau berkata, “Yaitu syirik akbar (syirik besar).”

Allah Mahatinggi

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz perkataan penulis Kitab Tauhid, “Maksud dari firman Allah Ta’ala,

حَتَّىٰ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا الْحَقَّ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ‎

Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘(Perkataan) yang benar.’ Dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Saba: 23)

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Maksud dari penjelasan ini adalah untuk membantah orang-orang yang menyembah kuburan, pohon, batu, dan yang lainnya.”

Hukuman bagi tukang sihir

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah perkataan penulis Kitab Tauhid, “Dari Jundub dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Hukuman bagi penyihir adalah dipenggal dengan pedang.’” (HR. Tirmidzi beliau mengatakan hadis ini sahih dan mauquf (perkataan sahabat -pent))

Beliau rahimahullah berkata, “Namun, statusnya seperti perkataan Rasulullah. Karena ungkapan seperti ini tidak mungkin bersumber dari pemikiran sahabat.”

Koreksi nama sahabat

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah perkataan penulis Kitab Tauhid, “Dalam sahih Bukhari dari Bajalah bin Abdah.”

Beliau berkata, “bin Abadah, dengan huruf ba yang difathah.”

Beruntunglah orang yang ikhlas

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah perkataan penulis Kitab Tauhid,

“Dalam hadis sahih dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah (pakaian dari sutera dan wol), celakalah hamba khamilah (pakaian beludru). Jika diberi harta, dia senang; jika tidak diberi, dia murka. Celaka dan rugilah ia, jika tertusuk duri semoga tak bisa terlepas. Berbahagialah seorang hamba yang mengambil kekang kudanya di jalan Allah, wajahnya kusut dan kedua kakinya berdebu. Jika ditugaskan berjaga-jaga, maka ia pun berjaga-jaga. Jika ditugaskan di bagian belakang, maka ia pun berada di belakang. Jika minta izin, ia tidak akan diizinkan. Jika memberi rekomendasi, rekomendasinya tidak diterima.”

Syekh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Yaitu, dia adalah seorang yang ikhlas dalam beramal, baik ketika diminta berjaga-jaga atau ketika di belakang. Karenanya Rasulullah bersabda, ‘Wajahnya kusut dan kakinya berdebu’, menunjukkan kesungguhan dan semangatnya dalam jihad.”

Baca Jiga: Ngaji Aqidah Sampai Kapan?

Orang yang bohong tentang siapa ayahnya

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Tidaklah seseorang mengaku-ngaku sebagai anaknya seseorang, padahal orang itu bukan bapaknya dan dia mengetahuinya, melainkan ia telah kufur. Siapa yang mengaku-ngaku sesuatu yang tidak dimilikinya, maka bukan golongan kami dan hendaklah ia mempersiapkan tempatnya di neraka. Siapa yang memanggil orang lain dengan ‘Wahai kafir’ atau ‘Wahai musuh Allah’, padahal orang itu tidak seperti itu, maka panggilan itu akan kembali pada yang memanggil.”

Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya tentang seseorang yang menasabkan diri pada yang bukan suku atau kabilahnya, maka beliau menjawab, “Dia seperti yang disebut hadis ini, mengaku-ngaku yang bukan keluarganya.”

Maksud Syekh adalah bahwa orang ini juga mendapatkan ancaman yang sama.

Membenci ayah sendiri

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jangan kalian membenci ayah kalian! Siapa yang membenci ayahnya, sungguh ia telah kufur.” (HR Muslim)

Beliau berkata, “Yang tepat hadis ini adalah ancaman, orang itu tidak kufur akbar selama ia tidak menghalalkan hal tersebut.”

Disebut kufur tetapi tidak kafir

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz rahimahullah sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Jarir radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seorang budak yang lari dari tuannya, maka ia kufur sampai ia kembali pada tuannya.” (HR Muslim)

Beliau rahimahullah berkata, “Maksudnya bukan kufur akbar, karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar.”

Salatnya tidak diterima

Dibacakan di hadapan Syekh Ibnu Baz sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau menceritakan hadis dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Seorang budak yang lari dari tuannya, maka salatnya tidak diterima.” (HR Muslim)

Beliau rahimahullah berkata, “Ini adalah bentuk ancaman. Dia tetap wajib salat, namun dia tidak mendapatkan pahala salat dan dia pun tidak perlu mengulangi salatnya.”

[Bersambung]

Baca Jiga:

***

Penerjemah: Amrullah Akadhinta, S.T.


Artikel asli: https://muslim.or.id/76470-pandangan-syekh-ibnu-baz-dalam-masalah-akidah-dan-tauhid-bag-3.html